MA RAHMATUL ASRI

Madrasah Maju, Bermutu, Mendunia

Selamat Datang di Portal MA Rahmatul Asri

Masa Depan Kalian Dimulai dari Sini

Kenapa Sekolah di MA Rahmatul Asri?

Madrasah Aliyah Rahmatul Asri adalah sekolah swasta di bawah naungan Yayasan Pendidikan Rahmatul Asri. Sekolah berbasis pesantren dengan pendidikan Islam yang unggul, mengintegrasikan pembelajaran agama dan ilmu umum. Fasilitas modern, kurikulum terkini, dan guru berkualitas menjadikan lingkungan pembelajaran yang inspiratif untuk membentuk generasi muslim berprestasi.

Informasi Terbaru

 

Santri MA Rahmatul Asri Ramaikan Kegiatan Literasi Kulibuku Fest

 

Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan penuh harap, kami tiba di Desa Karrang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang. Desa kecil ini terasa istimewa karena menjadi pusat kegiatan literasi yang didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI). Kulibuku Fest, begitu nama acaranya, menjadi magnet bagi para pencinta literasi, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, komunitas penggerak literasi, hingga warga desa setempat. Kami, bersama beberapa santri MA Rahmatul Asri, turut bersemangat untuk ambil bagian dalam kegiatan ini.

 

Sebuah perpustakaan sederhana berdiri di tengah-tengah Desa Karrang, bernama Perpustakaan Komunitas Kulibuku Maspul. Di sinilah seluruh kegiatan Kulibuku Fest berlangsung sejak bulan September hingga Oktober 2024. Suasana yang hangat dan ramah menyambut setiap pengunjung yang datang. Panitia pelaksana, yang merupakan bagian dari Kulibuku Maspul, menyambut kami dengan senyuman lebar dan kata-kata penuh semangat. "Selamat datang di Kulibuku Fest! Kami senang sekali melihat antusiasme adik-adik santri untuk ikut serta dalam kegiatan ini," ucap salah satu panitia, seraya menyodorkan daftar acara dan brosur kegiatan.

 

Kegiatan literasi di Kulibuku Fest begitu beragam. Setiap harinya ada program yang dirancang untuk mengembangkan minat dan bakat dalam bidang literasi, baik bagi mereka yang sudah aktif dalam dunia literasi maupun yang baru ingin memulai. Kami, para santri, merasa seolah berada di sebuah ruang yang penuh dengan energi positif, di mana gagasan-gagasan segar terus bermunculan, menciptakan atmosfer yang produktif dan inspiratif.

 

 

Salah satu program yang menarik adalah lokakarya pengelolaan media sosial yang dibawakan oleh Rudi Hartono, seorang konten kreator sekaligus jurnalis. Kami ingat betul bagaimana Rudi memulai sesi dengan bercerita tentang pengalamannya sebagai seorang kreator konten yang memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan positif. "Di era digital ini, medsos bukan hanya tempat untuk hiburan, tapi juga ruang untuk literasi," jelasnya. Dia menekankan pentingnya keterampilan mengelola konten, mulai dari membuat narasi yang menarik hingga visual yang mampu memikat audiens. Bagi kami, santri yang baru mulai merambah dunia digital, ini adalah kesempatan untuk belajar bagaimana mengoptimalkan media sosial sebagai sarana edukasi dan dakwah.

 

Lokakarya berikutnya yang tak kalah menarik adalah lokakarya menulis berita dan artikel yang dibawakan oleh Ilham Kadir, seorang penulis dan akademisi. Ilham, dengan gaya bicaranya yang tenang namun penuh wibawa, membuka wawasan kami tentang dunia jurnalistik. Ia memaparkan bahwa menulis berita bukan hanya soal menyampaikan fakta, tapi juga bagaimana fakta tersebut bisa diolah dengan sudut pandang yang menarik tanpa menghilangkan esensi kebenarannya. "Menulis itu bukan sekadar menulis, tapi bagaimana kita bisa menggambarkan realitas dengan jujur dan mendalam," ujarnya. Para peserta, termasuk kami, mulai menyadari bahwa dunia jurnalistik adalah dunia yang menantang, tapi penuh dengan peluang bagi mereka yang memiliki tekad dan kemampuan.

 

Selain itu, diskusi praktik baik komunitas literasi yang dibawakan oleh Darwin, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Enrekang, juga menjadi salah satu highlight dari acara ini. Darwin yang juga merupakan pendiri komunitas literasi Pohon Pustaka, memperkenalkan konsep ecoliteracy, di mana literasi tidak hanya terbatas pada buku dan teks, tapi juga pada alam dan lingkungan sekitar. Kami sangat terkesan dengan konsep ini, mengingat bahwa pesantren tempat kami belajar juga sangat menekankan pentingnya menjaga alam. "Literasi bukan hanya soal membaca buku, tapi juga tentang bagaimana kita membaca lingkungan sekitar kita," kata Darwin dengan penuh semangat. Ini membuat kami berpikir ulang tentang peran literasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks keberlanjutan lingkungan.

 

 

Hari berikutnya, lokakarya kepenulisan kreatif yang dibawakan oleh Muhammad Naufal, seorang penulis muda dan alumni sastra UGM Yogyakarta, menjadi momen yang dinanti-nanti. Naufal berbagi tips dan trik tentang bagaimana memulai menulis cerita pendek dan novel. Ia menekankan pentingnya membangun karakter yang kuat dan alur cerita yang solid. "Menulis kreatif itu seperti menjelajahi dunia baru. Setiap kata adalah pintu yang membawa kita ke tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi," ucapnya dengan penuh antusiasme. Kami, para peserta, merasa seperti petualang yang siap mengeksplorasi imajinasi melalui tulisan.

 

Tidak ketinggalan, diskusi buku "Khimar Merah" karya Ilham MR yang dibawakan oleh Suhartini, seorang penulis sekaligus guru, juga menjadi sesi yang sangat menarik. Buku ini mengangkat tema-tema tentang kehidupan santri yang sangat relevan dengan kami. Suhartini dengan cermat mengupas karakter-karakter dalam buku tersebut, membandingkannya dengan realitas kehidupan di pesantren. "Buku ini bukan hanya cerita fiksi, tapi cerminan dari banyak kisah nyata yang terjadi di pesantren-pesantren di Indonesia," ujarnya. Bagi kami, santri MA Rahmatul Asri, ini menjadi refleksi yang mendalam tentang kehidupan kami sendiri.

 

Meski banyak program yang sudah terlaksana, masih ada beberapa program menarik. Salah satunya adalah bimbingan membacakan nyaring yang dibawakan oleh Raslina. Program ini bertujuan untuk melatih para peserta, terutama para santri, bagaimana cara membacakan teks dengan lantang dan ekspresif, sehingga pesan yang disampaikan bisa lebih hidup dan menyentuh pendengar. Kami pribadi sangat menantikan sesi ini, karena kemampuan berbicara dan membaca nyaring adalah keterampilan yang sangat penting dalam dunia dakwah dan pendidikan.
Selain itu, seminar literasi yang menghadirkan Kepala Desa dan Kepala Dinas Perpustakaan juga menjadi salah satu program puncak dari rangkaian acara Kulibuku Fest. Seminar ini membahas tentang pentingnya literasi di kalangan masyarakat desa, serta bagaimana peran pemerintah dan komunitas dalam mengembangkan budaya literasi di daerah-daerah terpencil seperti Desa Karrang. Kami berharap, dari seminar ini, muncul lebih banyak gagasan dan solusi untuk mengatasi tantangan literasi di daerah kami.

 

 

Kegiatan-kegiatan ini tentu saja tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan dari panitia pelaksana Kulibuku Maspul. Mereka bekerja keras, mulai dari mempersiapkan materi, mengatur tempat, hingga memastikan setiap peserta mendapatkan pengalaman yang berharga selama mengikuti kegiatan ini. "Kami ingin kegiatan ini tidak hanya memberi manfaat bagi para peserta, tapi juga menjadi awal dari gerakan literasi yang lebih besar di Desa Karrang," ujar salah satu panitia dengan penuh optimisme.
Sebagai peserta, kami merasakan betul kehangatan dan semangat dari acara ini. Salah satu santri dari MA Rahmatul Asri, Aisyah, membagikan kesannya, "Ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Kami belajar banyak, bukan hanya tentang menulis, tapi juga tentang bagaimana kita bisa mengembangkan literasi di masyarakat." Peserta lain, Fahmi, menambahkan, "Kulibuku Fest ini benar-benar membuka mata kami tentang pentingnya literasi. Kami jadi lebih termotivasi untuk membaca dan menulis lebih banyak."

 

Tidak terasa, hari-hari di Kulibuku Fest berlalu dengan cepat. Meski acara ini belum berakhir, banyak dari kami yang sudah merasa tercerahkan dan termotivasi untuk terus bergerak di bidang literasi. Kami sendiri merasa bahwa pengalaman mengikuti acara ini adalah salah satu momen yang akan terus kami kenang, sebagai titik awal dari perjalanan panjang dalam mengembangkan literasi di pesantren kami, MA Rahmatul Asri.

 

 

Kulibuku Fest bukan hanya sekadar acara. Ini adalah sebuah gerakan, sebuah panggilan untuk kita semua agar lebih peduli terhadap literasi, terhadap ilmu pengetahuan, dan terhadap masa depan generasi muda. Melalui kegiatan ini, kami belajar bahwa literasi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Literasi adalah kunci untuk membuka dunia yang lebih luas, dunia yang penuh dengan peluang dan harapan.

 

Kulibuku Fest, dengan segala keseruan dan kehangatannya, telah menjadi sumber inspirasi bagi kami semua. Kami pulang dengan semangat baru, siap untuk menerapkan ilmu dan pengalaman yang kami dapatkan. Kami yakin, ini bukanlah akhir, tapi awal dari gerakan literasi yang lebih besar, yang akan membawa perubahan positif bagi pesantren, desa, dan masyarakat kami.


 

Info Pendaftaran

Media Sosial

Program Unggulan

Pembelajaran Formal

Tahfidzul Qur'an

Ekstrakurikuler

Video